Sunday, July 27, 2008

Harmoni Hidup di Dayak Lesan


Lesan adalah salah satu suku Dayak yang masih bertahan ditengah lebatnya pedalaman hutan Kalimantan Timur. Selama beberapa hari kami hidup bersama suku terpencil ini. Menikmati keindahan alam yang selama ini menjadi rumah mereka dan harmoni itu menjadi kenangan yang tidak terlupakan.

Dayak Lesan berada di Kecamatan Kelay, di Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Dari ibu kota kabupaten, kendaraan kami harus melewati jalan yang tidak nyaman selama setengah hari.

Setelah sekian lama Jalan Poros Kalimantan berakhir. Dan inilah kawasan muara lesan. Muara lesan adalah pusat kota yang menjadi penghubung dua belas kampung yang tersebar di sepanjang Sungai Kelai dan Sungai Lesan.

Perjalanan belum berakhir. Dari sini perjalanan kami teruskan dengan menggunakan ketingting. Ketingting adalah perahu berukuran kecil yang panjangnya kira - kira empat meter. Perahu ini hanya bisa mengangkut tiga hingga empat orang, termasuk seorang pengemudi kapal yang disebut Tekong. Ditangan Tekong inilah, nasib tergantung.

Suku Dayak Lesan tinggal ditepian sungai yang lebarnya sekitar tiga puluh meter. Sungai Lesan ini bermuara hingga ke Tanjung Redeb di Kabupaten Berau Kalimantan Timur.

Sebagian warga Dayak Lesan menyambut kami dengan ramah dan bersahabat. Mereka saat itu sedang membangun rumah dimana pemiliknya akan menggelar hajatan perkawinan.

Jumlahnya mereka tidak banyak sekitar tiga puluh tujuh kepala keluarga yang sebagian besar keturunan suku Dayak Gaay. Lesan adalah suku penjelajah yang telah menempati kawasan Sungai Kelay dan Sungai Segah di Kalimantan Timur sejak ratusan tahun yang lalu.

Sebagian besar rumah mereka rumah panggung yang terbuat dari kayu. Dan tidak bersekat yang memisahkan ruang tengah, ruang tidur maupun dapur. Yang menarik mereka mencuci, mandi dan buang air di sungai.

Bagian depan biasanya digunakan sebagai lumbung padi. Ini sekedar jaga – jaga, bila terjadi kebakaran, padi mereka masih diselamatkan. Yang paling menarik adalah cara mereka memasak. Mereka memanfaatkan kayu bakar dengan tungku sederhana dari besi.

Warga di Kampung Lesan Dayak, kebanyakan menggantungkan hidup dengan berladang, warisan ratusan nenek moyang mereka ratusan tahun yang lalu. Selain berladang sebagian memanfaatkan waktu luangnya, seperti yang dilakukan Ibu Ya Hoong.

Kehidupan suku Dayak sangat sederhana, sejak matahari terbit hingga terbenam. Dunia bagi mereka hanya sebatas sungai dan bukit yang mengeliling mereka.

No comments: